Manusia dan Fase Kehidupannya
Para ulama sepakat bahwa kehidupan seseorang itu dapat dibagi
menjadi beberapa fase sebagai berikut :
1.
Dari mulai lahir
sampai usia-dua tahun, disebut fase persiapan.
2.
Dari usia dua tahun
sampai usia enam tahun, disebut fase perm ulaan anak-anak
3. Dari usia enam tahun
sampai usia dua belas tahun disebut fase paripurna anak-anak
4.
Dari usia dua belas
tahun sampai usia lima belas tahun, disebut fase permulaan remaja
5. Dari usia lima belas
tahun sampai usia delapan belas tahun, disebut fase pertengahan remaja.
6. Dari usia delapan
belas tahun sampai usia dua puluh dua tahun, disebut fase paripurna remaja
7. Dari usia dua puluh
dua tahun sampai usia tiga puluh tahun, disebut fase kematangan dan pemuda.
8. Dari usia tiga puluh
tahun sampai usia enam puluh tahun, disebut fase pertengahan usia atau
kejantanan.
9. Dari usia enam puluh
tahun dan seterusnya, disebut fase lanjut usia.
Jelas sekali, bahwa fase kanak-kanak dan fase remaja digambarkan
sebagai dasar sebagai pembentukan kepribadian seseorang. Dengan andil Bantu
dari kaum ayah dan para pendidik yang interes mengurusi pendidikan anak dan
remaja, insya Allah kita akan sukses dalam membina pemuda yang sehat jiwa, akal
dan badannya.
Saat yang Tepat untuk Pendidikan
Ketika seseorang sudah memasuki fase usia muda, yaitu setelah
usia dua puluh tahun, namun pendidikannya pada fase anak-anak dan remaja belum
sempurna, ini menunjukkan bahwa ia mengalami keterlambatan. Dan pada saat
seperti itu, yang dituntut ialah pengobatan atau penanggulangan, bukannya
mendidik.
Dalam hal ini yang mulia Syaikh Muhammad Mutawali Sya'rawi
mengatakan, Ada problem yang biasa kita sebut mengenai pendidikan anak muda.
Padahal yang seharusnya kita katakan ialah, penanggulangan anak muda. Soalnya
jelas beda antara pendidikan yang berarti menjaga dari penyakit dan pengobatan
yang berarti menanggulangi penyakit.
Apabila ada penyakit pada anak muda, ketahuilah bahwa ada salah
satu fase kehidupannya yang terlewati tanpa pendidikan. Dan kalau sudah
demikian, maka jangan Anda katakan: Didiklah dia. Tetapi katakanlah. "Obatilah
dia."
Disinilah sulitnya. Kenapa? Karena ketika seorang pemuda sampai
pada batas kedewasaan, hal itu menuntut munculnya perasaan ego. Dan rasa ego
inilah yang sering mencelakakan kaum bapak, kaum ibu dan juga masyarakat. Ciri
penting rasa ego ialah menyukai kebebasan sebelum terpenuhinya unsur-unsur
kebebasan secara sempurna. Dan itu berarti kerusakan.
Seseorang diantara kita menghadapi anaknya dengan sabar sampai
pada batas usia tertentu. Kemudian ia mendengar anaknya mulai berani menentang
pendapatnya. Suatu saat Anda juga bisa mengalaminya. karena hal itu merupakan
kemungkinan yang selalu terbuka..
Tetapi apakah rasa ego tersebut bisa diatasi? Kalau seseorang
dididik pada fase pendidikan dan diajari pada fase pengajaran, tentu hal itu
bisa di atasi. Tetapi kalau kedua fase jadi terlambat dilewati dan rasa ego
dituruti. maka masalahnya mulai runyam. Anak yang bersangkutan akan melakukan
hal-hal yang tidak baik dalam pandangan lingkungannya yang digambarkan pada
sosok para penilaian kedua orang tua.
Pendidikan yang dituju Islam ialah, jika seorang pendidik mampu
menjalankan peranannya secara maksimal dan propesional. Seorang pendidik akan
selalu berhadapan dengan lingkungannya yang memang membutuhkannya. Salah satu
tugas penting seorang pendidik ialah memindahkan konsep akhlak pada perilaku
kehidupan nyata.
Apabila seorang pendidik mampu menjalankan perannya tersebut,
itu berarti seseorang yang dididik secara sempurna telah melewati dua fase:
Fase pendidikan yang sering dilanggar. Dalam hal ini kita tidak
perlu menghukum yung bersangkutan. tetapi mengarahkannya.
Fase pengajaran yang juga sering dilanggar. Dan dalam hal ini,
kita harus memberikan pelajaran kepada yang bersangkutan atas pelanggaran yang
telah dilakukan.
Jika seseorang menemukan sosok pendidik yang baik seperti ini.
itu berarti ia berada di tangan orang yang bisa dipercaya. Di bawah penanganan
sosok pendidik ini, seorang anak yang dididik akan memperoleh curahan kasih
sayang. Ia tidak akan ditipu dalam aturan-aturan pendidikan. satu hal yang
patut diketahui, seorang anak didik itu laksana "sebuah adonan" yang
bisa dibentuk sesuai keinginan yang mendidik. Dan pada dasarnya, seseorang itu
layak dibentuk dengan bentuk yang baik juga layak dibentuk dengan bentuk yang
jelek. Karena Rasulullah bersabda:
كل مولود يولد على الفطرة
"Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci"
Kepada kita, beliau memberikan contoh bahwa lingkungan pertama bagi seseorang ialah kedua orang tuanya. Makanya beliau lalu bersabda, "Kedua ibu bapaknya lah yang membuat ia menjadi Nasrani atau Majusi"
(Bersambung ke Bagian II)
Dikutip dari : http://psikologimuslim.blogspot.com